Jumat, 23 Desember 2011

SAJAK-SAJAK




DIPAN USANG

Kau terpasang di sudut ruangan
Teronggok tanpa sapa dan tawa
Derai air mata menetes di tiap sudut- sudut matamu
Segumpal dosa melonglong menjerit dan merintih

Dipan usang
Rintih mu tanpa kata
Tanpa cahaya yang mampu menerobos kesepianmu
Keabu-abuan yang ada pada dirimu

Kreek…. Kreek….
Rintihmu kala orang berada di atasmu
Bak kaum papa yang senantiasa tertindas oleh penguasa
Tanpa daya tuk meronta
Tanpa daya tuk berkata
Seperti dinding putih tanpa bercak warna kau berkat
Ini takdir…!!!




LAPOA

Dari satu titi pijakanku mengayun
Kau antarku dengan senyum di penghujung gerbang
Melodi ilalang nan pepohonan bersiul mengiring derap langkahku
Senyum mengembang di setiap tikungan
Membuatku rindu akan sejuk belaianmu
Tunas kan datang membawa kedamaian tukmu
Ku kan kembali dan mengabdi tukmu lapoaku
Nantikan aku di penghujung gerbangmu

TANAM PADI

Kau tancapkan setiap helai padi
Di atas bantalan tanah bajakan
Seperti kau tancapkan harapan pada putrimu

Sanggupkah ku menjadi seperimu
Pahitnya kehidupan
Perjuangan yang begitu besar
Namun tak pernahku dengar dari bibir mungilmu sebuah rintihan…

Oooh… betapa berdosnya diriku
Bila setiap tetes keringatmu kugunakan tuk kesenanganku
Pergi sopping, jogging…
Bahkan haruskah keringat ikhlasmu kugunakan tuk landing

Keyakinanmu kan membawa keberhasilan bagi putrimu
Kau tuai padi, laksana kau tuai pelangi
Setiap tancapan padimu penyemangat bagiku
Nantikan kesuksesanku tukmu…

0 komentar:

Posting Komentar